Salah satu koleksi lama dirumah yakni mangkok batu Timor Leste hasil dari perjalanan kerja selama 20 tahun disana, tapi saya lupa didapat tahun berapa, saya pikir skt 1990 an.
Ceritanya waktu itu siang hari, lagi duduk duduk berteduh dalam perjalanan didesa kecil antara Dili dan Bacau, ada orang tua mendekati sambil menyodorkan ini meminta agar saya mau mengambilnya. Karena kasihan sama dia yang katanya butuh uang buat makan, saya ambil mangkok ini. Secara fisik ini asli batu utuh yang sangat berat. Mirip cadas, hitam dan kasar. Mangkok batu ini disisi luarnya diberi ornamen mistik dan "pasfoto wajah" nenek moyang disana. Konon mangkok batu ini harus diletakan di-bilik sesembahan untuk memberikan hadiah kepada leluhur. Jadi di Timor Leste sana, dipedalamannya, biasanya satu desa kecamatan ada satu buah bilik persembahan buat leluhur. Kepercayaan tua animisme akan Rai Nain penguasa semua semesta ini dan melekat disemua benda yang ada didunia ini masih berkembang lumayan subur dijaman dulu. Keselarasan dalam konsep mistik Moris Diak, bahwa leluhur dan keturunannya beserta semesta isinya harus hidup selaras.
Ketika saya membawa mangkok batu ini pulang kekota Dili dan masuk ke hotel Tourismo, salah satu rekan wartawan almarhum Agus Butar Butar sempat gak suka melihat saya membawa barang ini. Dia mengatakan takut dengan pengaruh mistik barang itu jika dibawa pulang kerumah saya di Jakarta. Saya paham kok apa yang ditakutkan dia. Dikalangan penduduk sana juga dipercaya bahwa ada mahluk sejenis "Lulik" yang akan mencelakakan siapapun yang berniat jahat kepada orang tertentu disana, atau menempel dibarang barang yang mempunyai nilai mistik dalam upacara adat sakral. Di Jawa mungkin disebut sebagai "mengirimkan santet" begitulah.
Saya tertawa menepis tangan kepada Agus, saya gak percaya. Mistik itu memang frame of references dikepala tiap orang atas hasil budaya lokal. Jika saya tidak masuk dalam lingkar budaya tersebut lantas bagaimana saya percaya? Ini kan sama saja dengan orang Amerika yang gak bakalan takut melihat film Kuntilanak, simple saja karena di Amerika tidak ada konsepsi kultur dari hantu Kuntilanak.Selebihnya, saya percaya soal hidup mati hanya ditentukan oleh Tuhan saja.
Mangkok ini masih ada sampai sekarang. Dia mengingatkan saya banyak hal dalam perjalanan karir saya haru biru, sedih dan senang selama di Timor Leste sebelum merdeka, ingat teman teman saya disana, dan alamnya yang keras. Didalamnya saya isi dengan beberapa jenis bebatuan asli dari sana yang pernah saya pungut satu satu. Seperti obat kangen saja jika memegang mangkok ini. **** hsgautama.blogspot.com
Ceritanya waktu itu siang hari, lagi duduk duduk berteduh dalam perjalanan didesa kecil antara Dili dan Bacau, ada orang tua mendekati sambil menyodorkan ini meminta agar saya mau mengambilnya. Karena kasihan sama dia yang katanya butuh uang buat makan, saya ambil mangkok ini. Secara fisik ini asli batu utuh yang sangat berat. Mirip cadas, hitam dan kasar. Mangkok batu ini disisi luarnya diberi ornamen mistik dan "pasfoto wajah" nenek moyang disana. Konon mangkok batu ini harus diletakan di-bilik sesembahan untuk memberikan hadiah kepada leluhur. Jadi di Timor Leste sana, dipedalamannya, biasanya satu desa kecamatan ada satu buah bilik persembahan buat leluhur. Kepercayaan tua animisme akan Rai Nain penguasa semua semesta ini dan melekat disemua benda yang ada didunia ini masih berkembang lumayan subur dijaman dulu. Keselarasan dalam konsep mistik Moris Diak, bahwa leluhur dan keturunannya beserta semesta isinya harus hidup selaras.
Ketika saya membawa mangkok batu ini pulang kekota Dili dan masuk ke hotel Tourismo, salah satu rekan wartawan almarhum Agus Butar Butar sempat gak suka melihat saya membawa barang ini. Dia mengatakan takut dengan pengaruh mistik barang itu jika dibawa pulang kerumah saya di Jakarta. Saya paham kok apa yang ditakutkan dia. Dikalangan penduduk sana juga dipercaya bahwa ada mahluk sejenis "Lulik" yang akan mencelakakan siapapun yang berniat jahat kepada orang tertentu disana, atau menempel dibarang barang yang mempunyai nilai mistik dalam upacara adat sakral. Di Jawa mungkin disebut sebagai "mengirimkan santet" begitulah.
Saya tertawa menepis tangan kepada Agus, saya gak percaya. Mistik itu memang frame of references dikepala tiap orang atas hasil budaya lokal. Jika saya tidak masuk dalam lingkar budaya tersebut lantas bagaimana saya percaya? Ini kan sama saja dengan orang Amerika yang gak bakalan takut melihat film Kuntilanak, simple saja karena di Amerika tidak ada konsepsi kultur dari hantu Kuntilanak.Selebihnya, saya percaya soal hidup mati hanya ditentukan oleh Tuhan saja.
Mangkok ini masih ada sampai sekarang. Dia mengingatkan saya banyak hal dalam perjalanan karir saya haru biru, sedih dan senang selama di Timor Leste sebelum merdeka, ingat teman teman saya disana, dan alamnya yang keras. Didalamnya saya isi dengan beberapa jenis bebatuan asli dari sana yang pernah saya pungut satu satu. Seperti obat kangen saja jika memegang mangkok ini. **** hsgautama.blogspot.com
No comments:
Post a Comment
PERHATIAN :::::::::::
* Komentar DI MODERASI oleh admin dengan persetujuan.
* Komentar HANYA soal isi blog ini saja. Promo dilarang disini, maaf.
* Jika kalian penipu online, fake onlineshop jangan harap bisa posting disini. Blog ini tidak dipakai buat numpang aksi penipuan oleh pihak lain. Carilah makan halal sana dan jangan menipu.
* NO offensive item, NO haters gak jelas, NO kekerasan, NO SARA, NO Sex item whatsoeva, NO Judi online, NO drugs, NO Alcohol, NO praktek dukun mistik dan pesugihan.