Baca Rules Sisi Kiri Dengan Cermat

Baca Rules Sisi Kiri Dengan Cermat

Saturday, August 11, 2012

Short Visit > Blengok nan pedas, Grombyang yg hot.


Terpiuh piuh merasakan olahan Bu Mardjo penjual sate Blengong, dan kepanasan dihajar nasi Grombyang pak Warso adalah satu babakan pertama perjalanan kami (saya dan Icus) menuju Jateng. Ayuh aja, sapa yg mau menolak itu.
****

Sabtu siang telat banget kita menjejakan roda di tol, jam baru saja berdentang kepukul 13.00, roda ban menggilas diaspal panas Jakarta-Cikampek. Pikiran melayang, tau engga, minggu pertama dibulan Mei ini diperingati sebagai hari “ketawa sedunia”. Aneh, begitu buruknya dunia ini sampai ketawa saja dijadikan peringatan sedunia. Ini mending cuma dikonsumsi orang se RT, bayangkan semua isi dunia boleh tertawa gembira. (“Ketawa” mungkin jadi sulit dilakukan dalam seminggu ini biarpun sekarang adalah hari ketawa sedunia). Daripada mikirin susahnya ketawa, dan berusaha menikmati “kebebasan” sebisanya, gas VW Combi ini dibejek lumayan kenceng antara 80 sampai 120 km/jam.

Hampir empat tahun silam terakhir menikmati perjalanan dengan VW Combi.
Perjalanan terasa beda jauh dengan pakai Combi atau “bukan Combi”. Membawa Combi secara alamiah menempatkan hati pada kondisi: “kami berlibur”, kami sedang cuti, kami senang senang. Memakai Combi adalahmenempatkan rasa “suka” dan “sayang” kepada mobil ini untuk dipakai menikmati perjalanan. Jeleknya cuma satu, teman jalan adalah Icus yg gondrong bertampang preman, hahaha. Apa boleh buat, hanya dia yg tersedia dan mau ikut. Sapa lagi, masih lumayan ada temennya, daripada sendirian spt beberapa tahun silam. Sendirian tidak jelek, and im happy to stay still at that corner, tapi dengan adanya teman jalan paling engga ada yang diajak ngobrol membunuh kantuk.

Masuk jam makan siang yg udah telat banget, kita mencari makan setelah lewat Sukamandi. Banyak resto besar tempat pemberhentian bis kota, kita mampir disana dan mencari ganjal perut. Gak lama setelah semua isi piring amblas keperut, mobil dipacu lagi menuju Cirebon. Pokoknya kita mengejar waktu jangan sampai jatuh malam. Kondisi jalan sangat enak, gak ada macet, lancar dan nyaman. Udara terasa panas menyengat. AC memang tidak dinyalakan, jendela dibuka agar bebas merokok dan menikmati panasnya matahari luar kota. Kapan lagi, ini cuti, ini liburan, nikmati angin dan panas sepuasnya.

Sore hari kita menginjak kota Cirebon dan langsung menuju mall besar dipusat kota. Pengen cari makan ternyata gak ada yg enak disitu. Jadilah kami window shopping melihat etalase sambil membandingkan harga dengan Jakarta. Beberapa cewe cakep berseliweran didalam mall membuat Icus “menyesali” hidupnya, hiks. Cirebon ternyata punya banyak cewe oke, cakep, sleek, nice. Bandung dan Jakarta bisa dilibas deh sama cewe disini.
Ternyata memang nongolnya sore hari di mall. “Cuci mata” yang gak sia sia jika pilihan dijatuhkan di mall sekalipun makan yg kita mau gak ada satupun. Tadinya mau mencari nasi jamblang dekat dengan mall, sayang itupun sudah tutup. Apa boleh buat, setelah sejam disitu, Icus mengajak mampir kerumah saudaranya. Gak masalah, mampir sebentar  boleh aja.

Usai bertandang kerumah saudara, kami berdua masuk ke Hotel Apita di Tuparev.
Hotel ini saya kenal dengan baik. Banyak cerita disini. Salah satunya, tim liputan arus mudik news Transtv setiap tahunnya masuk kemari, dan menyewa kamar disini. Mandi menyegarkan badan dan segera mencari tidur lebih kami butuhkan. Badan capek rasanya… udah lama gak merasa capek nyopir setelah sekian lamanya. Enak juga.

Rasa capek yg nyundul itu memang kenceng juga, tidur nyenyak kayak mati aja. Bahkan paginya yg direncanakan mau naik sepeda ke Pelabuhan Cirebon mencari nasi Jamblang jam 6.00 pagi akhirnya batal total. Kita baru bangun jam 8.00 untuk makan dan tidur lagi sampai jam 10.30 siang. Hehehe, karakter liburan yg malas dan menjadi pemalas sudah mulai merasuk. Cuti jangan punya rencana fixed. Pamali pokoknya.

Begitu check out, saya menyempat diri mencek kondisi mesin Combi. Oli diperiksa dengan baik. Mesin VW yg terkenal tanpa radiator, kondisi oli yg penuh adalah mutlak. Oli itulah yg dipakai buat mendinginkan mesin. Karena dipakai sekian jam dalam kecepatan tinggi, oli menghilang karena menguap akibat hyper heating. Selain oli, komponen lainnya dicek satu persatu. Aman, tampaknya memang gak ada masalah. Mesin memang sehat, tapi masalahnya tape mobil gak bisa dipakai memutar kaset, cuma radio saja. Karena ada masalah ditape, kita meluncur keluar pertama mencari toko car audio, benerin dulu tapenya. Serasa mati kalo perjalanan jauh gini gak denger musik dari kaset. Radio lokal “beda selera” sama telinga gua, hehehe, gak ngerti lagu apa yg dinyanyikan pake bahasa lokalan yang gak nyambung blas.


Lepas Cirebon, kami masuk dilajur jalan yg rusak berat.
Ahhh, pasti ini Brebes. Kota ini memang dikenal sebagai kota yg punya ruas jalan paling ancur, jalan jelek adalah sama dengan Brebes itu sendiri. Padahal penjualan sentra aspal terbesar di Jawa salah satunya di Cilacap, gak jauh amat dari Brebes kan. Tau deh apa kerjaan Bupati Brebes, ngurusin jalan aja gak becus. Gitu dia mau ikutan Pilkada lagi. Ruas jalan kota Brebes adalah jalan vital. Kota ini adalah penyambung jalan utama Jakarta ke Jawa Tengah bolak balik. Bupatinya memang “ajaib” mungkin,  jadi biarpun jalan gak beres juga, toh dia teteuuup nekat ikutan Pilkada lagi.

Di Brebes kami janjian ketemu dg salah satu koreponden news Transtv, namanya mas Imam. Di Alun alun kita janjian bertemu dan tertawa tawa saling sapa. Saya bilang, Imam kamu sudah janji mau ngajak saya makan sate Blengong, ayo sekarang kita cari. Janji adalah janji, sebisa mungkin harus dipenuhi. Itu kudu.

Sate Blengong adalah sate unik. Blengong sendiri adalah unggas hasil kawin campur antara entog dan bebek. Diseluruh Indonesia, cuma ada disini.
Warung makan sate ini hanya ada beberapa saja di Brebes. Itupun buka sore kemalam hari. Siang begini kita nyari sebetulnya belum buka, apalagi hari minggu. Tapi berhubung yg ngajak Imam, pemilik resto itu, Bu Mardjo “dipaksa” buka dan melayani pesanan kami. Hehehe emang top deh Imam, gak sia sia dia jadi koresponden disini.

Blengong disuguhkan dalam dua cara berbeda. Pertama disajikan mirip sate bakar. Dengan tusuk bambu sepanjang sejengkal tangan pria dewasa (sekitar 20cm), sate disajikan dengan bumbu kecap super-super pedas dan irisan bawang merah. Sepintas, cara ini gak beda bentuknya dengan sate umum yg kita jumpai dimana mana. Warnya hangus hitam ditusuk pendek pendek.

Cara kedua yakni beda lagi, kami kaget melihat ukuran panjang tusukbambu sate itu hingga 40cm (dua jengkal tangan). Ajegileeee, sate dahsyat! Barukali ini makan sate sepanjang ini. Daging Blengong yg disajikan dengan cara kedua ini tidak dibakar tapi direbus lalu direndam dengan saus mirip saus kari yg amat pedas dicampur santan, warnanya buseeeet merah tua, tanda itu pedas banget. Daging diiris memanjang sehingga memenuhi seluruh tusuk bambunya.


Sore merambat malas. Akhirnya kita berpisah dengan Imam dari warung Bu Mardjo yg letaknya dipinggir sawah. Kami segera menuju Pemalang.

Tiba di Pemalang kami masuk ke hotel Murni ditengah kota, tepatnya jalan Urip Sumoharjo. Besok Icus akan mampir berobat dulu ketempat Bu Atun untuk membereskan batu empedunya yg membuat dia masuk RS dua minggu lalu. Mumpung lewat, kenapa engga sekalian mampir.

Sore ini kita bersepeda berkeliling kota Pemalang, menuju alun alun kota. Sepeda dari dalam mobil dirakit dan kami mengayuh pelan kesana sini. Rasanya enak banget, sungguh beda bumi langit ketika jalan memakai sepeda dikota kecil spt Pemalang ini dimana ada ratusan pesepeda lainnya juga memenuhi jalanan kota. Transportasi sepeda memang andalan utama penduduk disini selain sepeda-motor. Mungkin, bagi penduduk yg menyempatkan diri menoleh dan melihat kearah kami berdua adalah bentuk sepeda yg “berbeda” dengan sepeda umumnya dan kami memakai helm untuk safety. Kami keliatan mencolok dijalanan kota, memang.

Malamnya kami makan kesalah satu warung paling beken dikota ini yakni “nasi grombyang” milik H.Warso (dekat Ps.Anyar). Kita kesitu naik becak. Sekali lagi, kota kecil begini memang enak untuk naik becak. Kapan lagi? Becak cuma nyaman dipakai ketika kita ada dikota kecil. Udaranya bagus, segar, dan menyenangkan.

Nasi Grombyang disajikan nyampur kuah dan nasi. Sepintas, warnanya yg kehitaman dan rasanya penuh santan membuat teringat dengan coto makasar. Bedanya, di nasi grombyang ini ada rasa parutan srundeng kelapa yg sangat kuat. Manis dan sangat sangat panas. Makan ini dipadukan dengan sate khas dari daging kerbau. Unik juga, daging kerbau dijaman sekarang sudah susah didapat. Petani didesa lebih suka memelihara sapi dibanding kerbau karena soal mudah dan nilai ekonomis. Makanan ini satu waktu bisa “punah” karena bahan bakunya akan sulit didapat. Jika mau bertahan, mungkin harus berganti menjadi daging sapi, tapi itu tentu saja bukan grombyang namanya.


Masuk jam 20.00 malam, saya masuk kedalam kamar. Icus masih ngobrol dengan penjaga hotel didepan jalan.
Saya masih mengingat ingat, berapa kali saya bisa ketawa lepas sejak kemarin. Ini memang hari ketawa sedunia kan, harusnya saya merayakannya dengan ketawa ngakak terus… maybe later.

http://hsgautama.blogspot.com/search/label/A-SALE












Sate Blengong ukuran raksasa di Brebes

















No comments:

Post a Comment

PERHATIAN :::::::::::
* Komentar DI MODERASI oleh admin dengan persetujuan.
* Komentar HANYA soal isi blog ini saja. Promo dilarang disini, maaf.
* Jika kalian penipu online, fake onlineshop jangan harap bisa posting disini. Blog ini tidak dipakai buat numpang aksi penipuan oleh pihak lain. Carilah makan halal sana dan jangan menipu.
* NO offensive item, NO haters gak jelas, NO kekerasan, NO SARA, NO Sex item whatsoeva, NO Judi online, NO drugs, NO Alcohol, NO praktek dukun mistik dan pesugihan.

Pedagang Antik dan Barang Jadoel

10 Tahun Dagang Online

10 Tahun Dagang Online

Join Grup Pemancing Fesbuk "Pasarikan", klik foto banner

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...