Baca Rules Sisi Kiri Dengan Cermat

Baca Rules Sisi Kiri Dengan Cermat

Monday, August 27, 2012

Bak Menunggu Godot: Jalur Sepeda Jakarta, Mao, dan Rambu Sepeda


Berbicara tentang mimpi mempunyai bike lane di Jakarta, beberapa kawan menimpali itu sebuah mimpi indah saja. Mimpi tersebut sebuah harapan tinggi yg bisa jadi tidak akan ditanggapi serius oleh pengelola kota Jakarta dengan menyediakan bike lane secara khusus. Jikapun ada, bisa jadi rencana menyediakan bike lane akan dilakukan 10 tahun lagi atau mungkin lebih. Pemerintah dan pengelola Jakarta dianggap tidak serius mendorong tumbuhnya lingkungan kota yg sehat, green city, dan menyediakan sarana transportasi alternatif disini, alasannya bisa sejuta dengan pembenaran ini itu. Kota modern spt Jakarta lebih dihitung pada aspek sarana transportasi modern (memakai bahan bakar) yg bisa mendatangkan keuntungan konkret secara financial,  ketimbang membuka peluang adanya transportasi alternatif seperti sepeda yg bebas polusi untuk bekerja bagi penduduknya.  Untuk meredam desakan munculnya jalur khusus sepeda (bike lane), lantas secara regular disediakan jalur tertutup dibeberapa wilayah di Jakarta untuk sarana “jalan jalan dengan sepeda” diakhir pekan.

Jalur tertutup tersebut yg dikenal dengan program Car Free Day memang bisa mendorong minat banyak manusia di Jakarta untuk memakai sepeda disana, plus berolahraga. Namun ini seperti meleset dari goal awal yakni bahwa adanya bike lane akan mendorong penduduk Jakarta mau memakai sepeda setiap hari pulang dan pergi dari rumahnya ke kantor karena pemerintah memberikan jalur khusus. Goal utamanya adalah sepeda sebagai alat transportasi utama bekerja, bukan cuma dipakai diakhir pekan untuk olah raga disebuah ruas jalan yg ditutup. Itu intinya. Jika pasrah saja mengikuti program semacam ini, bisa jadi ujungnya bak drama kontemporer “Menunggu Godot”, sebuah ekspresi pesimis dan meledek. Gak akan jelas kapan realisasinya.

Bike Lane atau jalur khusus sepeda diartikan dikepala setiap pejabat pemerintah kota disini adalah menyediakan membuat jalur khusus dengan lebar minimal sepanjang bahu orang dewasa, atau dua sepeda berjajar. Jalur ini akan memanjang diruas jalan utama yg menjadi urat nadi dari kantong perumahan penduduk di 5 penjuru mata angin menuju pusat bisnis didalam kota. Dari sini lantas muncul kekhawatiran dikepala mereka, bahwa jalur khusus sepeda akan “merampas” jalur ranmor shg makin menyempitkan ruas jalan yg telah ada. Lahan terbatas, jalur jalan hanya ada itu saja dan kian sulit untuk dikorting lagi.

Dalih ini spt adalah lagu lama. Hal yg sama sebetulnya juga berlaku buat jalur busway ketika diawalnya dibuat menuai kecaman disana sini karena membuat kemacetan hebat dan di cap merampas lebar ruas jalan yg cuma segitu gitu saja. Toh begitu busway berjalan, banyak pemilik mobil beralih memakai busway untuk menembus kemacetan jalan yg kian lama kian parah. Hemat waktu dan hemat biaya bensin. Logika ini tentunya akan berlaku sama dengan jalur sepeda. Dengan adanya jalur sepeda maka akan memicu masyarakat pekerja kelompok usia produktif akan turun kejalan raya memakai sepeda.

Kembali pada ekspresi “bak menunggu Godot” diatas, kesungguhan Pemerintah dan pengelola kota harus dipertanyakan kenapa mereka selalu berkutat dng alasan standar spt diatas. Sebetulnya, jika mauserius, ada hal lain yg bisa berjalan segera dan diterapkan tanpa harus menunggu pemecahan masalah klasik soal lalu lintas ruwet di Jakarta. Bermain tarik ulur  “mana telur dan mana ayam duluan” akan terasa melelahkan.

Pertama, pemerintah seharusnya sudah mulai menyebarkan rambu rambu khusus sepeda diruas jalan utama hingga keruas jalan kekantong perumahan penduduk padat. Rambu sepeda itu disertai warning “waspada sepeda” atau “awas sepeda”. Ini mendorong tumbuhnya awareness yg positif kepada pemakai ranmor untuk mau menghargai pemakai sepeda. Bagaimanapun, memakai sepeda jelas kalah dalam segala aspek dibanding ranmor. Cara ini juga telah diterapkan buat pejalan kaki atau penyeberang jalan dimana semua ranmor diminta untuk bersabar jika ada yg menyeberang di zebra cross. Baiklah, jalur sepeda belakangan saja, yg penting ada ada rambu yg menjaga keselamatan “si lemah” dari sambaran ranmor yg ugal ugalan. ***hsgautama.blogspot.com


No comments:

Post a Comment

PERHATIAN :::::::::::
* Komentar DI MODERASI oleh admin dengan persetujuan.
* Komentar HANYA soal isi blog ini saja. Promo dilarang disini, maaf.
* Jika kalian penipu online, fake onlineshop jangan harap bisa posting disini. Blog ini tidak dipakai buat numpang aksi penipuan oleh pihak lain. Carilah makan halal sana dan jangan menipu.
* NO offensive item, NO haters gak jelas, NO kekerasan, NO SARA, NO Sex item whatsoeva, NO Judi online, NO drugs, NO Alcohol, NO praktek dukun mistik dan pesugihan.

Pedagang Antik dan Barang Jadoel

10 Tahun Dagang Online

10 Tahun Dagang Online

Join Grup Pemancing Fesbuk "Pasarikan", klik foto banner

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...