Baca Rules Sisi Kiri Dengan Cermat
Saturday, August 11, 2012
Short Visit > Ratu Boko ke Kota Gede
Sore ini (15 Mei), hujan deras turun lumayan panjang.
Kota Gede mendadak basah dan dingin akibat hujan panjang sejak jam 15.00 hingga lewat bedug Magribh. Siang tadi kami sudah sampai disini dan segera masuk ke hotel “Sekar Kedathon” yang ada diruas jalan utama Kota Gede. Letaknya bersebelahan dengan salah satu resto keren “Omah Dhuwur” yang harga sepiring nasi gorengnya menyundul hingga 75 rebu perak. Hehehe, gak jelas blas, harga nasgor semahal itu buat apa? Harga nasgor segitu, gimana lagi dengan menu lainnya? Kalo mau bokek silahkan makan disini. Icus pernah makan disini dengan 9 orang teman, tahun silam, dia kena “tabok” dengan tagihan sekitar 800 rebu.
Hotel ini cocok banget dengan selera pribadi. Tua dan dijejali oleh barang kuno. Bangunan aslinya milik Pak Tembong alm, salah satu budayawan terpandang dikampung ini. Fisik bangunan masih asli dari 1880, mengalami renovasi disana sini agar cocok dijadikan hotel. Jadi nuansa arsitektur jawa kuno gaya Mataram sangat kental disini. (Hotel ini juga digabung dengan resto yang lumayan terkenal dikalangan turis bule). Ketika dia wafat, rumah ini dijual dan dibeli oleh Anshor Silver (pemilik galeri perak ternama). Kami menempati lantai dua, kamar deluxe seharga 400 rebuan. Kamar luas, penuh ornamen antik, bisa menampung 5 orang saking luasnya. Berkat hubungan baik dengan teman setempat, kami bisa mendapat diskon gede, jadi bayarnya cuma 200 rebu semalam. Yes we are a lucky bastard, hehehe.
Depan kamar merupakan koridor memanjang yg luas, ciri rumah Jawa mataram yang ada terasnya. Lantainya mempunyai ornamen tua yang usianya sama dengan usia bangunan ini sendiri. Pokoknya, buat kami berdua yang suka motret, rumah ini seisinya adalah sebuah “arena bermain” yang menyenangkan. Banyak obyek bagus secara visual.
Gak tau yaa soal setannya, jangan jangan ntar malam ditongolin sama sosok putih dengan rambut jabrik. Waduh, bahaya bakalan gak bisa merem. Enaknya kesini bawa rombongan satu temen cewe. Kalo malam mereka takut bisa minta pindah kekamar kita. Hehehe, tipuan lamaaa, halah.
Sebelum tiba hari ini di Kota Gede, kemarin dari Klurak Baru saya sendirian aja main sepeda mengelilingi luasnya area sawah di Piyungan. Icus ketemu sama gebetannya di Jogja. Niat bangun pagi pagi kesana pakek naek ojek segala. Ck ck ck… have fun deh, gua mending jalan sama “pacar si silver empuk” ini, pacar yg nurut dinakin kemana aja gak bawel. Ketika muterin area disekitar piyungan, lawan terberat saat itu adalah kencangnya tiupan angin dari depan. Ampun lah, keras dan konstan.
Lima kilometer pertama menerobos jalanan kelas dua terus terusan dihajar angin, lama lama keluar rasa mangkel juga. Rese ini angin, gimana mau was wes wos jika begini terus terusan. Akhirnya, ngakalin sikon jelek seperti ini, sepeda langsung dibanting masuk jalan single trek dipinggir aliran irigasi sawah. Hehehe, emang manusia punya akal banyak, dijalan raya angin bertiup bebas, sedangkan jika menerobos perkebunan dan perkampungan angin akan ditahan dengan pohon dan rumah penduduk. Paling engga, beban tahanan angin daridepan berkurang sangat banyak.
Soal kerasnya angin, sebetulnya udah dibahas ketika akan kemari dengan Icus. Angin diwilayah ini lumayan keras. Salah satu terget area bersepeda adalah wilayah bukit menoreh dan Borobudur. Disitu, angin juga merupakan lawan berat yang harus dilawan. Selain angin, tentu saja panasnya matahari. Udara disini bersih, bebas polusi, jadi sinar mentari terasa lebih kencang menusuk kulit.
Pagi tadi, sebelum lepas jauh dari wilayah Prambanan, kami membelokan mobil masuk kedesa dimana petilasan kraton Ratu Boko berada. Lokasinya, berada tinggi diatas sebuah bukit raksasa berbatu. Konon, disinilah istana megah Ratu Boko berkuasa jaman puluhan abad silam.
Disana dia memerintah kerajaan makmur dan membangun beberapa candi megah, salah satunya dikenal kini dengan nama Prambanan. Lantas kenapa mendadak kota kerajaan Ratu Boko lenyap dari muka bumi? Itu misteri. Ada teori mengatakan bahwa Ratu Boko dan kotanya lenyap ditelan bumi akibat mega letusan Gunung Merapi. Bener atau engga sih mana tau. Tapi begitulah ceritanya, dan main sepeda disini sambil makan mengingat sejarah lama dikraton ini akan memberi warna beda.
Malam nanti, kami akan mencari makan gudeg.
Mau cari gudeg kering. Lebih enak dibanding gudeg basah. Kata teman, ada warung gudeg yg hanya buka jam 12 malam. Pengen kesana, kayaknya unik.
Nanti kalo enak dilaporkan disini deh…hehehe. *** hsgautama.blogspot.com
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment
PERHATIAN :::::::::::
* Komentar DI MODERASI oleh admin dengan persetujuan.
* Komentar HANYA soal isi blog ini saja. Promo dilarang disini, maaf.
* Jika kalian penipu online, fake onlineshop jangan harap bisa posting disini. Blog ini tidak dipakai buat numpang aksi penipuan oleh pihak lain. Carilah makan halal sana dan jangan menipu.
* NO offensive item, NO haters gak jelas, NO kekerasan, NO SARA, NO Sex item whatsoeva, NO Judi online, NO drugs, NO Alcohol, NO praktek dukun mistik dan pesugihan.