Baca Rules Sisi Kiri Dengan Cermat

Baca Rules Sisi Kiri Dengan Cermat

Tuesday, December 4, 2012

Sebuah Cerita Pendek Susah Senang Bekerja Untuk Media Asing


Bagaimana sih kerja di media pers asing itu?
Biasa saja sih kecuali beda bahasa dan kultur, hehehe, itu jawaban paling mudahnya.

Jawaban lengkapnya ada banyak.
Di Asia ini banyak perwakilan media asing US dan Eropa yang bertebaran, cetak dan elektronik. Dijaman ini media cetak  internasional makin tergeser dengan perubahan mediumnya menjadi elektronik yakni dotcom, jadi anggap saja kita skr membicarakan yang elektronik saja. Bisa berbentuk dotcom atau elektronik TV dan radio, atau kantor berita.
Wartawan lokal di Indonesia itu kekurangannya cuma satu yaitu bahasa Inggris. Kita selalu kalah dengan negara lain yang bahasa utamanya adalah Inggris misal Singapore atau Filipina. Daya saing wartawan produk dalam negeri dipers asing jadi berkurang karena soal bahasa. Karena itu dimedia asing lantas muncul genk "berbahasa inggris". Ada genk Filipino, ada genk Australia, dan sebagian lainnya lagi.

Di media asing, genk Australia termasuk "genk grasak grusuk". Seenaknya saja, mulutnya seenak kalo memaki orang lain dan juga  kongkalikong  seenaknya sesama kulit putih. Lho ini rasis? Ya benar, ada bau rasisme disini. genk Australia termasuk fanatik memilih kawan sesama White Australian. Alasan masuk akal mereka menangkis isu jelek rasis ini adalah karena mereka bilang bahwa ini media asing maka wajarlah mereka orang australia lbih dibutuhkan krn bahasanya sama. Dan mereka bisa seenaknya merendahkan secara diam diam siapapun yang "kulitnya berwarna". Wartawan Indonesia bisa dilecehkan, Filipino juga, Thailand, Singapore dll. Genk Australia ini adalah pemain terbesar dimedia pers asing base di Asia, dan yng saya dengar mereka juga merembet kemedia Timur Tengah spt Al Jazeera, disana mereka masuk didivisi Inggrisnya. Lucu kan, Al Jazeera Inggris, Arab tulen tapi isinya digerakan Australia yang bisa disebut "musuh arab" (jika benar cerita kawan saya itu maka ini ironik). Media Eropa juga ada, wajar saja karena kedekatan kultur dan asal usul mereka dulunya. Wartawan Australia yang sopan juga ada, mulutnya sopan gak asal "fak-fek-fok" (hiperbola dari makian "fuck") seenaknya tapi mereka tetap tidak bisa melepaskan diri lebih suka memilih kaumnya sendiri ketimbang menjadi melting pot semua ras disebuah kantor media.
Hampir bisa dibilang semua wartawan asli  Indonesia yang bekerja dimedia asing disini pasti pernah merasakan rasa tidak suka akibat perlakuan unfair genk Australia. Saya bilang cara penetrasi Australia kemedia asing yang ada di Asia adalah ironik. Arah kultur politik dinegeri itu kan selalu menyebut dirinya sebagai "kulit putih" dan suka gak nyadar jika kakinya ada di Asia bersama bangsa yang berbeda jauh kulturnya. Dijaman PM Paul Keating, ada perubahan signifikan didalam negeri yang mengingatkan warganegara Australia sebagai "white asian". Artinya mereka harus lebih mesra dengan tetangganya sesama Asia khususnya Indonesia. Dijaman Keating itulah bahasa dan budaya Asia mendapatkan tempatnya lebih lebar termasuk bahasa Indonesia. PM penerus Keating beda lagi, arah politik kembali kejaman "ala penjajah" dimana kulit putih merasa dirinya superior, bahkan ada PM mereka keceplosan bicara jika mereka adalah kepanjangan tangan politik US ditanah Asia yg artinya mrk jadi polisi di Asia (mrk adalah penguasanya dan Asia adalah budaknya, indonesia juga jadi hamba sahaya mereka). Mereka napsu masuk besar besaran bekerja di media massa di US dan Eropa mereka tertahan peraturan imigrasi dan kebijakan lokal disana bahwa lapangan pekerjaan lebih diperuntukan buat WN asli. Karena itu genk wartawan Australia ini kemudian belok masuk diperwakilan media asing yang ada pos bironya di Asia. Ironik kan, di Asia mereka bilang dirinya kulit putih tapi cari makannya merebut lahan Asia asli. Dititik ini lantas muncul sentimen terhadap agresifitas pekerja media Australia dan fanatiknya mereka berkelompok sesama Australia ditanah Asia.

Perwakilan media asing mempunyai pola spesifik yakni mereka selalu memusatkan duit dan sumber daya manusia diwilayah yang menjadi sumber peliputan terbesar mereka. Misalkan begini, ketika Indonesia mulai memanas ditahun 1994, mereka semua sudah ancang ancang memperkuat bironya di jakarta, atau memasukan jurnalis mereka disini jauh sebelum pecah kerusuhan besar disini. Dan memang betul, 94 dstnya wilayah Jakarta dan kota besar dilanda demo besar besaran dan rusuh. Pola pola seperti ini masih dipraktekan oleh media asing. Artinya mereka akan menutup kantor atau memperkecil operasi kantor mereka dinegara negara yang sumber beritanya minim. Indonesia saat ini dalam kondisi stabil secara ekonomi dan politik. Jadi logikanya, jika kalian disaat ini mau melamar kemedia asing maka akan seret. Jika kalian mmg niyat, cobalah pergi keluar negeri dan carilah negara yang masih bergejolak maka dengan mudah kalian akan mendapatkan job dimedia asing.

Bekerja di media asing berbeda dalam soal kultur, dan beberapa sangat jauh beda dengan orang kita sendiri. Diantaranya misal: selesai bekerja maka orang bule sukanya hangout di bar, bukan kelamaan nongkrong dikantor seperti kita orang Indonesia. Kultur bule juga suka minum whiskey dan sejenisnya. Ini beda jauh dengan kultur kita yang tidak lumrah misal membawa sekaleng bir kemeja selagi jam kerja.
Dikantor media asing biasanya bekerja dengan sistem kontrak kerja, bukan karyawan tetap. Ini jauh beda dengan harapan pekerja kita yang biasanya pengen diangkat jadi karyawan tetap. Dimedia asing, apalagi dikantor perwakilan biasanya kontrak kerja. Kontrak itu dibagi dua lagi. Yakni sebagai staf lokal, dan sebagai staf internasional. Staf lokal adalah orang lokal yang dikontrak. Karena alasannya orang lokal, maka otomatis gajinya lebih rendah dari staf internasional, yakni misal saja gak dapat biaya sewa rumah, mobil, biaya minum di bar hahaha, dll extra living cost lainnya. Staf lokal sekalipun dibayar lebih rendah dibanding koleganya, tapi gaji kalian masih 3x lipat dari gaji teman dimedia lokal kok, biasanya begitu. Jika kalian kerja staf lokal dimedia asing tapi gajinya beti sama media lokal berarti kalian dikadalin tuh atau memang jobdesk kalian gak dianggap vital amat. Staf internasional kok bisa lebih mahal? Yap karena mereka itulah yang kerjanya dikirim seenaknya oleh kantor kemanapun didunia ini sesuai dengan pergerakan berita besar disana sini. Nyawa dan keselamatan mereka dipertaruhkan, kehidupan pribadinya juga dipertaruhkan akibat sering meninggalkan keluarga (bisa bercerai, bisa selingkuh, dan bisa putus dengan pasangannya tuh kalo sampai dua bulan diwilayah lain dan begitu seterusnya selama bertahun tahun). Staff Internasional juga punya skill dan jobdesk lebih berat. Kemampuan teknis dan non teknis individu staff internasional diatas rata rata dibanding staff lokal, karena digaji lebih gede maka kantor berbalik nodong mereka agar komit dengan pekerjaan 1100 % (tuh baca= 1100).  Menolak tugas sama artinya dipecat langsung, haram besar pokoknya. Dimedia asing karena sistem kontrak bisa dipecat langsung karena regulasi mengijinkan itu, bedalah sama karyawan tetap gak bisa dipecat ujug ujug (tapi kalo kantor itu slebor berat, yaa karyawan tetap bisa saja dipecat langsung tanpa kejelasan sih, haha)

Jadi jika kalian mau kerja dimedia asing. Pahami saja cerita diatas. Setidaknya kalian paham sedikit seperti apa gambaran kerja diperwakilan media asing. Ada yg gak enaknya dan ada enaknya. Enaknya mungkin disebut gajinya lumayan dari media lokal disini yg kebanting telak, dijamin dimedia asing gak ada gaji "nasakom" (nasib satu koma sekian juta doaaang kerja kayak perbudakan), kerja dimedia asing alatnya melimpah, semua alat ada dan mewah semua, semua alat bekerja bagus gak ada yg macet, sangat cepat kerjanya, spartan, kerja dimedia asing pergi kemanapun gak mikir panjang ba-bi-bu langsung jalan ketujuan, keputusan diambil cepat. Gak enaknya sudah diceritakan diatas ini.   *** hsgautama.blogspot.com


http://hsgautama.blogspot.com/search/label/A-SALE


** Tag tulisan "kantor_bahlul" adalah kumpulan dari cerita tentang printilan managerial yang sudah ancur ancuran disekitar kita, atau suasana kerja yang amburadul, mirip seperti kacaunya menghadapi orang mabok (=bahlul). Management kantor kan tidak selalu bagus hasilnya, banyak kok teman teman kerja disituasi kantor yang amburadul. Cerita disini untuk mengimbangi banyaknya tulisan lain ttg tips menjadi manager hebat, dan sebaliknya "kantor bahlul" malahan menceritakan bagaimana membuat kacau seluruh isi kantor dan anak buah kita, hehe. 

No comments:

Post a Comment

PERHATIAN :::::::::::
* Komentar DI MODERASI oleh admin dengan persetujuan.
* Komentar HANYA soal isi blog ini saja. Promo dilarang disini, maaf.
* Jika kalian penipu online, fake onlineshop jangan harap bisa posting disini. Blog ini tidak dipakai buat numpang aksi penipuan oleh pihak lain. Carilah makan halal sana dan jangan menipu.
* NO offensive item, NO haters gak jelas, NO kekerasan, NO SARA, NO Sex item whatsoeva, NO Judi online, NO drugs, NO Alcohol, NO praktek dukun mistik dan pesugihan.

Pedagang Antik dan Barang Jadoel

10 Tahun Dagang Online

10 Tahun Dagang Online

Join Grup Pemancing Fesbuk "Pasarikan", klik foto banner

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...