Icuz "Mbangun" sepeda anyar

Siang ini pergi ketoko sepeda FORMULA di ciputat, barengan dg Icus, temen kantor.
Dia pengen membangun satu sepeda baru. Buat riding, sekaligus juga pulang pergi ngantor.
Jadilah, dengan senang hati saya ngasih supervisi bagaimana membangun sepeda
yang cukup oke tapi harganya tetap "masuk akal".
Setelah ketemu sama Edi, pemilik toko, kita ngitung total komponen yg harus dipasang.
Mulai dari memilih framenya sampai pernik terkecil. Alhasil, dari budget 3 juta yg direncanakan,
sedikit agak membengkak menjadi 3,4 juta.

Toko ini punya fungsi bukan sekedar jualan komponen bersepeda saja.
Disini juga tempat bertemunya para bikers, orang orang yg suka genjotan dengan sepeda.
Mulai dari Pak RT, pak Lurah, bahkan sampai orang dari pulau seberang.
Disini juga tempat bertemunya teman lama yg sudah hilang atau mungkin bertambahnya kenalan baru.
Kayak hari ini, tau tau diantara kerumunan pembeli yg melihat lihat toko,
ada satu orang teman lama dari jaman kerja di majalah TEMPO.
Gooosh... 12 years ago! Dan dia masih sama saja kayak dulu. Namanya Andi.
Dia masih juga suka sepeda, dan masih tetap bersepeda sampai sekarang.
Waktu memang berjalan, sungguh gak kerasa sudah sekian lamanya.....

Mengingat yg dulu spt memungut ceceran kain yg dicabik cabik. Dia teman satu kantor, dan dia juga setia dengan barisan ketika pemerintah membredel TEMPO, lalu mengeluarkan black list kepada 40 eks Tempo yg dianggap membuat gerakan melawan pemerintahan yg sah (beberapa ditangkap, dan ada juga yg masuk penjara di Salemba dan Cipinang. Sisanya dibiarkan hidup tapi dilarang bekerja dimedia manapun dan Harmoko juga mengancam setiap media utk jangan menerima eks Tempo yg membangkang).
Bayangkan, seumur hidup belum pernah dicap mengikuti kelompok suberversif yg "merongrong wibawa pemerintahan yg sah", ini kan sama saja dicap dengan stempel PKI : bisa hidup tapi gak boleh kerja dimanapun. Siapapun yg berani menerima kami ini bekerja, juga akan dilibas oleh aparat.

Masa sulit waktu itu... dan sekarang kita bertemu
bercerita ttg hal itu sembari tertawa tawa girang.

Dulu di TEMPO, ada beberapa org yg mmg suka bersepeda. Diakhir pekan, masing masing membawa
sepeda dari rumah menuju kantor TEMPO di kuningan (dulu disana mmg kantornya).
Akhir pekan kita kerja dateline utk terbit seninnya, jadi ngantor pakai sepedalah.
Saya sendiri naik dari rumah di cibubur (waktu itu) digenjot sampai ke TEMPO.
Jaman segituuuuu, 1991 an kira kira, bisa diketawain kalo naik sepeda ke kantor. Naik sepeda kektr kayak org gila aja. Belum ada itu namanya gerakan masal bike to work.

Itu namanya Opelet dan bis GAMADI atau Mayasaribakti, paling sering kita caci maki
karena seenaknya mepet pemakai sepeda. Mana asapnya maaanaaa tahaaan tebel item.
(eh mana ada sekarang opelet dan bis Gamadi? Hehehe udah ilang dari jalanan jakarta).
Jaman skr, gaung bike to work sudah meluas, liat pengendara sepeda ngantor itu biasa saja.
Dan ranmor pemakai jalan juga sudah lebih "beradab" jika berpapasan dengan pemakai sepeda.
Coba dulu tahun segitu, huuuuu mana mau mereka ngalah dengan pemakai sepeda.

Oh ya balik lagi dengan sepeda Icus ini.
Setelah 3,5 jam disini jadi juga sepeda itu. Sayang waktunya udah kemaleman.
Besok mau dijajal jalan pakai itu keliling Bintaro saja.
Ada teman kantor juga yg mau ikut, mungkin Oji. Ini pemain lama juga, rombongan hore-hore dikantor yg komit dengan hidup sehat sambil genjotan.
Itu divisi news memang diisi orang orang yg kegendutan karena asik kerja dan makan thok. Gak ada namanya niat pengen olahraga. Ada bebarap org sudah ikutan semangat menyambut ikut dengan acara jalan jalan bersepeda. Tapi masih ada sisa lainnya yg tetap males malesan buat olah raga.
Yaaah, belum kena sakit aja kaleee.
:-))

hsgautama.blogspot.com