Dipasaran banyak tersedia earphones untuk mendengarkan walkman atau MP3. Barang beginian bukan barang langka, jadi mudah dicari. Mulai dari kelas 25 ribuan diemperan, sampai entah berapa mahal harganya untuk sebuah earphones/ headphones berkualitas unggul, misal saja, ada sebuah brand Jerman bisa dijual 800 ribuan atau lebih untuk satu unit earphones. Itu termasuk mahal. Tapi buat penikmat musik yg bawel, yakni paham masalah teknis alat dan audio, barang segitu bakalan diuber untuk dimiliki. Suara yg sempurna, “bulat kriuk”, adalah suara yg dicari.
Saya sendiri menterjemahkan suara yg “bulat-kriuk-kriuk” bak makan kerupuk ini sama artinya dengan: rich sound. Audio yg disemua karakternya bisa diterima dengan kejernihan (clarity) yg bagus atau sempurna. Tidak boleh ada noise yg mengganggu, dan disemua kanal frekwensi suara bisa lepas naik sampai didengar telinga. Misal aja, suara yg terpendam dan tidak lepas, atau “fat sound” biasanya mudah ditemukan di earphones atau headphones kelas 25 ribuan.
Saya becanda bilang, itu sih “waton muni, waton mbeker”, alias asal bunyi aja, yg penting suara nongol dan bisa didengar, maka beres semuanya. Padahal sebetulnya, jika pakai earphones yg baik, lalu kita mendengarkan musik tsb, maka kita akan terkejut dengan banyaknya jenis nada, tinggi rendahnya, atau kekuatan tendangan audio yg melesat ketelinga. Ternyata suara musik itu sungguh kaya dan menawan hati (baru tau ketika pakai earphones bagus).
Tapi apakah mendapatkan suara “bulat-kriuk” dari sebuah earphones, sama dengan ditebus harga selangit? Nah inilah yg dijadikan moto jual dari earphones merk “dbE 02B noise isolating earphones”. Dikardusnya jelas jelas tertera: Good Sound is Not Expensive. Dan memang harganya, gak beda jauh dengan merk Sony biasa, 200 ribuan.
Brand ini memang bernama aneh. Gak sepopuler Sony atau Philips disini, dan gak semua toko audio jual barang beginian. Tapi sesungguhnya barang ini dijual di Jakarta. Saya dapat ini berbarengan ketika mencari portable amplifier iBasso minggu lalu, atas saran kawan.
Butuh waktu seminggu untuk mencari tahu bagaimana karakter earphones ini. Maklum saya kan bukan audio engineer, lhaa wong gua ini cuma user ecek ecek kok (awam seratus persen). Lebih dari itu, earphones dan headphones bukan “mainan” sehari hari. Buta deh.
Tahu karakter itu penting penting enga. Kenyataannya memang engga semua headphones atau earphones cocok dihajar untuk semua jenis musik. Karena itu harus dijajal dengan beberapa jenis musik berbeda. Jika tidak ada kesesuaian, bisa “dicocokan” memakai equalizer atau alat tambahan lain spt amply iBasso. Inilah yg harus dicari, sekaligus learning by doing.
Pertama mencoba, dahi berkerut. Kok begini ya?
Suaranya dinilai sangat dry, kering. Susah juga bilang kayak apa “dry sound” itu. Intinya, suaranya kurang banget dentuman bass nya, rendah banget. Mungkin ini juga karena selera saya lebih suka dengan dentuman bass yg banyak dijumpai dimusik jenis pop rock atau jazz. Bertahun tahun selalu mencari earphones dan headphones mega bass, dikasih karakter dbE langsung sontak kaget kaget. Suara dbE itu rasanya gak imbang antara suara denting dan dentum shg lebih banyak suara tingginya yg keluar, mirip berkarakter runcing dan terasa nyelekit ditelinga (semacam tajam) spt suara tweeter (dispeaker mobil gitulah).
Saat mencoba earphones dbE tipe 02B memakai player Creative ZEN Neon 2 Gigs, sempat berpikir jika hubungan antara alat ini gak cocok. Padahal jungkir balik EQ (equalizer) yg tertanam didalam unit ZEN Neon itu dimainkan. Teteeep gak pas rasanya. Suara baru terasa pas ketika dicoba dengan earphones Sony Mega Bass dan Sennheiser PMX 200.
Ketika review ttg iBasso diposting, ada saran masuk dari om Budissimo untuk memperbaiki kualitas “suara dry” dari earphones dbE ini. Satu cara yg belum pernah saya dengar sebelumnya yakni, earphones itu bersama iBasso dan ZEN di “burn” terlebih dahulu selama 100 jam. Dia memberikan referensi site untuk mendapatkan file burning, sekaligus menunjukan sebuah forum ttg penjelasan dari manfaat “burning” itu.
Cara “burning” tidak ada dasar ilmiahnya, tapi banyak yg percaya hasilnya terlihat jelas dari output audio yg didapat setelah proses 100 jam dijalankan. Saya kok teringat dengan “akupuntur alat musik gesek dan petik”. Di Jerman dan beberapa negara di Eropa, banyak musisi musik klasik yg melakukan tuning up alat gesek nya dengan cara akupuntur dialat tsb. Aneh tapi nyata. Suara “sumbang” alat gesek mereka setelah diterapi dg tusukan mikro disana sini dibagian bodi alat, lantas berubah total menjadi “lempeng”. Ini bukan cerita bohong. Pasien ahli akupuntur alat musik itu adalah musisi kaliber internasional yg menjadi anggota tetap orkes klasik terhebat didunia lhooo. Jadi jangan tanya akurasi telinga mereka kayak apa hebatnya menilai nada.
Inti moral cerita diatas, kita tidak segan melakukan langkah nyeleneh dan gak masuk akal jika percaya apa yg dikatakan banyak orang bahwa cara itu berhasil baik. Dan disinilah makanya alat ini juga "diperkosa" biar lemes dan jadi enak untuk mendengarkan musik
Pagi ini, alat alat itu sudah selesai diburning selama sekitar 50 jam-an.
Paraaah lamaaa bener, ini juga belum genap 100 jam. Tapi begitu dipakai untuk mendengarkan lagu dari GIGI, SLANK, dan Melly, piano, cabikan gitar Yngwie, sampai Bob Marley, dahi saya gak berkerut lagi spt kemarin.
Ini baru jernih, sungguh, membaik disisi clarity nya. Beberapa jenis nada yg kompleks, naik lepas dengan enaknya masuk ketelinga. Bass nya membaik juga, tidak “sejelek” ketika baru dipakai minggu lalu. Memang, bass nya tidak sehebat hasil earphones khusus mega bass, tapi hasil pagi ini tidak buruk. Performa iBasso ketika dipasang Wide Stage Sound juga mulai terlihat perbedaannya lebih jelas dibanding hari kemarin sebelum burning. Tapi sayang, ini pakai feeling, gak ada alat ukurnya yg pasti lho.
Sebagai catatan, saya gak mem-burning alat ini dengan metoda yg sama plek dg apa yg tertulis diwebsite tersebut. Saya mencoba iseng pakai cara lain, dengan formula spt ini.
Tahap pertama, 6 jam dihajar terus dengan musik house keras, level volume kencang.
Tahap kedua, 6 jam diberi file dari website tsb (yakni: heavy mix), volume kencang.
Tahap ketiga, terus dipantengin sama file pinknoise yg sudah dijahit bersama file drum (disambung dengan soundforge di PC), volume sesuai dengan telinga manusia waras.
Masih ada sisa jam lagi yg harus dijalankan tes burning. Tapi sudahlah, capek nunggunya euy!
Catatan tambahan.
Earphones dbE 02B ini adalah tipe “noise isolating earphones”, jadi dia masuk penuh hingga kegendang telinga, bukan cuma menempel didaun telinga luar. Keunggulan jenis macam begini adalah mampu menahan suara dari luar masuk ketelinga. Kita bisa mendengarkan musik lebih sempurna dan terlepas dari suara berisik didunia sana.
Tapi jeleknya ada, yakni earphones tipe ini peka dengan suara kemresek akibat gesekan tubuh dengan kabel earphones itu sendiri. Setiap tubuh bergerak dan terkena dikabel akan membuat suara mudah terdengar juga ditelinga (suara merambat lewat kabel).
Jadi, jika memakai tipe ini, disarankan duduk anteng disebuah ruangan saja. Jangan melakukan aktifitas ekstrem karena suara “grudukan” akan merambat masuk ketelinga.
Terakhir, earphones ini tidak jelek. Bagus, hanya saja buat kalian yg punya habit menyukai suara extra bass spt "cetakan Sony", mungkin gak akan suka pakai ini karena akan beda taste nya, beda bass nya. Padahal, dikatalognya, untuk tipe 02B ini untuk bass tapi dalam taste saya kok masih kurang bass. Perbandingannya mirip dengan earphones Audio Technika saya lainnya, tapi claritynya sedikit dibawahnya. Saya pikir, barang ini akan hebat jika dipakai mendengarkan suara musik petik sejenis klasik gitar, atau piano. Dentingnya luarbiasa jernih dan bisa memberikan kekayaan audio yg bagus ditelinga. ***hsgautama.multiply.com
dbE-02B (bass)
Rp 250.000
Spek :
Frequency Range : 20 Hz-22Khz
Sensitivity : 100 dB/mW
Impedance : 12 ohm
Kelengkapan earphone :
- Tips small, medium, large
- Penggulung kabel
- Hardcase
Foto dari dontblameyourears .
Tambahan komentar:
Posisi ujung jack 3,5mm itu adalah tegak lurus (jack earphones), bukan patah bengkok seperti "letter L". Buat player saku gak nyaman karena akan menambah dimensi panjang. Seharusnya, lebih baik membentuk letter L saja. Earphones modern skr banyak yg pakai konsep letter L karena akan mengurangi resiko, misal, patah, bengkok. Dan tentu saja, letter L membuat mudah diselipkan dikantong.
** gua burn in pakai lagu rock, clasic, dangdut, bolak balik. Gak pakai file khusus spt dibawah ini.
http://hsgautama.blogspot.com/search/label/A-SALE
No comments:
Post a Comment
PERHATIAN :::::::::::
* Komentar DI MODERASI oleh admin dengan persetujuan.
* Komentar HANYA soal isi blog ini saja. Promo dilarang disini, maaf.
* Jika kalian penipu online, fake onlineshop jangan harap bisa posting disini. Blog ini tidak dipakai buat numpang aksi penipuan oleh pihak lain. Carilah makan halal sana dan jangan menipu.
* NO offensive item, NO haters gak jelas, NO kekerasan, NO SARA, NO Sex item whatsoeva, NO Judi online, NO drugs, NO Alcohol, NO praktek dukun mistik dan pesugihan.