Menjajal bersepeda di Garut memang enak. Alamnya keren, pilihan treknya gak ada habisnya, dan suhunya nyampur bak cendol antara panas banget disiang hari dan dingin mencubit saat malam. Memang pilihan pas jika mampir kemari untuk bersepeda. Bujukan teman kita Budi Pardiana untuk menginap dikota Garut, terasa buah “manisnya”.
Setelah semalam menginap di Wisma Rengganis, kami esoknya berangkat genjotan dari tengah kota Garut menuju ke Cipanas. Kalo dikira kira sih gak jauh amat (total pp dari kota kesana plus keliling kampung sekitar 36 km- an). Paling yg bikin capek adalah panas menyengat dan jalannya nanjak-turun disana sini , mirip jalur “mini” puncak di Bogor. Kulit yg sudah habis dipanggang selama perjalanan “super hot” dijalur Jogja-Puwrokerto menjadi tambah dan tambah geseng ( = gosong). Biar tampang item, “toh idup” juga hehehe.
Menggambarkan spt apa alam Garut yakni disini penuh lintasan bukit dan lekukan lembahnya melengkung bagus. Pilihannya banyak, Cipanas adalah salah satunya. Sebetulnya menjajal perjalanan kearah Tasik juga sama kerennya. Jika menuju jalur Tasik, kita akan melewati Kampung Naga, salah satu perkampungan tradisional yg masih memegang adat dan kearifan tua.
Di Kampung Naga, scenic nya du-du-du cakep banget. Arah sinar matahari yg masuk melewati lembah disana bener bener pas secara fotografi. Sayang waktu tidak banyak, jadi apa yg ada kita coba saja sebisanya. Cipanas juga bagus kok. Persawahan hijau membentang luas disana. Cipanas sendiri adalah salah satu maskot pariwisata di Garut. Wisatawan banyak datang kesana untuk mencoba menginap dihotel yg menyediakan air panas alami dari perut bumi. Sayang, harga penginapan di Cipanas lumayan bikin geleng geleng kepala (ada kelasnya). Kalo ditakar dengan daerah lainnya, harga mereka lumayan tinggi. Buat wisatawan tipe keluarga, area ini memang enak, mungkin karena itu mereka mematok harga yg “kebangetan”. Jadi, jika kalian pengen mencoba berendam dan menginap disini, ada baiknya membawa budget lumayan banyak.
Setelah menginap semalam lagi di Garut, tiba saatnya kami pamitan pulang menuju Bandung. Secara pribadi saya meninggalkan setumpuk “hutang” kepada keluarga Meina dan Budi Pardiana karena ternyata mereka gak mau dibayar. Jadi menginap plus makan minum itu gak mau dibayar blas. Rada kaget juga, tapi mau gimana, wong keluarga Meina tetap gak mau menerima bayaran, dan Budi mengatakan gak usah. Kebaikan hati ini spt jadi hutang, semoga sempat dibalas satu waktu nanti.
Wah Bandung juga “indah” kok. Disebut indah karena sebagai ibukota propinsi Jabar, tentu saja kota ini adalah kota yg besar dan komplit, apa saja ada disini. Daaan salah satu kehebatan kota ini adalah disini merupakan "gudang" bangunan tua, ... wah menyenangkan melihat itu semua.
Kota ini selalu macet diakhir pekan akibat membludaknya orang Jakarta liburan disana. Kebetulan kita masuk Bandung bukan hari libur, rasanya memang lebih nyaman. Jalanan macet gak segila situasi akhir pekan. Kalaupun ada lalu lintas macet itu karena jalanan diisi oleh ranmor asli penduduk Bandung. Satu lagi keuntungan masuk Bandung bukan dihari weekend adalah polisi disini seperti “hilang” dari sudut jalan. Sudah bukan rahasia lagi, polisi di Bandung punya hobi khusus mengincar mobil plat B (Jakarta) yang salah ngambil lajur dijalanan kota.
Jalanan kota Bandung tiap akhir pekan selalu berubah arah. Itu memang kebiasaan mereka mengubah arah jalur jalan yg “k-a-t-a-n-y-a” untuk mencairkan kemacetan lalin. Alhasil, karena bingung arah jalan berubah, banyak mobil plat B yang salah masuk, dan disitulah mereka dikerjaian oleh oknum polisi yg nakal dengan denda damai, uang rokok, uang gelap, apalah namanya pokoknya biar gak kena tilang resmi.
Dikota ini kita ketemu dengan teman “penguasa” Bandung, yakni Iwong dan Iman. Mau jungkir balik di Bandung, yaa tanya saja sama mereka berdua. Kami janjian makan malam disatu sudut kota yg ada kafe, kita makan sop buntut goreng yg nikmat. Selesai makan malam, Iwong masih tetap menemani untuk “wisata malam hari” dikota ini. Mendekati jam 11.00 malam, kita sudah masuk kedalam Ciwalk, salah satu pusat belanja terbaru diruas jalan Cihampelas. Bandung lumayan angot-angotan jika bicara trend, kali ini yg ngetop adalah Ciwalk, Mungkin akhir tahun jika ada tempat baru lainnya yg nongol, Ciwalk bakalan hilang dari listing agenda jalan jalan turis limpahan dari Jakarta. Karena bukan malam minggu, Ciwalk tidak begitu rame. Sukurlah, kelewat rame juga gak enak.
Secara jujur, ketika sampai di Bandung, mendadak semangat untuk genjotan melorot. Mungkin sudah terasa bahwa inilah trip terakhir cuti karena mau gak mau harus kembali kerja lagi.
Faktor lainnya, bisa jadi karena image kota Bandung itu sendiri yg sudah terlanjur dicap sebagai : kota akhir pekan, kota belanja FO, kota jalan jalan dan hura hura. Seharusnya kalo ada dikota ini memang mengerjakan tiga hal itu saja, hehehe. Salah kaprah memang.
Selama 10 tahun terakhir mampir kedalam pusat kota, belum pernah mencoba bersepeda diruas jalan utamanya. Biasanya sih mencoba jalan jalan disisi Utara atau Selatan. Didalam kota Bandung nya, sumpah belum pernah mencoba dengan sepeda. Sama saja, kedatangan kali ini kok tetep gak semangat pengen jajal bersepeda didalam kota. Karena itu ketika Iwong ngajak berlibur kerumah Bapaknya di desa Legok Huni, Wanayasa di Purwakarta, kita langsung antusias. Lupakan Bandung Utara atau Selatan, toh belum pernah sekalipun mampir ke Wanayasa. Dengan diantar Iwong dan saudaranya Budi, kita segera bergerak ke Purwakarta.
Wanayasa dalam peta, adalah kota kecil (jika gak bisa disebut: desa besar) yg berada diperlintasan jalan antara Purwakarta ke Lembang. Posisinya seperti melewati “atas” bendungan Jatiluhur. Dia memang terletak lebih tinggi. Dan , desa Legok Huni terhampar disalah satu sudut jalan Wanyasa Raya. Kecil nyaman, dan dipenuhi sawah, kebun teh, atau kebun rakyat. Rumah keluarga Iwong, adalah sebuah rumah full-set dari kayu jati yg dibuat dg gaya seperti rumah rakyat di daerah Priangan (sunda). Secara ornamen tidak ada yg heboh, tapi bahan bakunya dari kayu jati itu yg membuatnya sangat isitimewa, dan bangunan ini merupakan cermin adat setempat. Pintunya dibuat lebih rendah dari kebanyakan pintu jaman kini (itu ada artinya sec ara filosofis), sederhana dan menarik karena serat kayu jati yg menonjol keluar.
Di Wanayasa, trip yg dijajal pendek saja, cuma 9,5 km pulang dan pergi. Rutenya dari rumah Iwong nanjak-nanjak terus menuju ke situ (= danau) Wanayasa. Danau alam yg ditengahnya ada pulau kecil, adalah obyek wisata yg kerap didatangi oleh wisatawan lokal. Suasana disini teduh dan enak. Entah karena mendung, yg jelas memang enak kok. Rasanya mendadak langsung jatuh hati ingin punya rumah mungil dilereng bukit yg berhadapan dengan danau Wanayasa. Disini, banyak pemancing dan nelayan jala-tabur yg datang untuk memancing ikan mujair. Selain di Wanayasa, para maniak pemancing bisa juga datang ketengah kota Purwakarta, karena disitu terhampar danau gede, situ Beuleut.
Akhirnya tiba saatnya pulang ke Jakarta.
Diujung awal hari, saya dan icus berpamitan kepada tuan rumah yg baik hati yakni Iwong dan Budi.
Mereka berdua adalah deretan teman teman yg berbaik hati menemani kami liburan selama cuti kali ini. Selain mereka tentu saja Budi dan Meina di Garut, lalu geng Jogja yakni Teguh, Wahyu, dan mas Eko. Memang enak punya teman banyak, jalan kian kemari akan banyak ditolong.
Sore jam 15.00 ketika masuk kedalam rumah, si gila Bull sudah melompat dan berteriak ribut. Raungan si Bull mirip anjing yg gemas karena lama ditinggal pergi. Hehehe, miss u too Bull. *** hsgautama.blogspot.com
http://hsgautama.blogspot.com/search/label/A-SALE
No comments:
Post a Comment
PERHATIAN :::::::::::
* Komentar DI MODERASI oleh admin dengan persetujuan.
* Komentar HANYA soal isi blog ini saja. Promo dilarang disini, maaf.
* Jika kalian penipu online, fake onlineshop jangan harap bisa posting disini. Blog ini tidak dipakai buat numpang aksi penipuan oleh pihak lain. Carilah makan halal sana dan jangan menipu.
* NO offensive item, NO haters gak jelas, NO kekerasan, NO SARA, NO Sex item whatsoeva, NO Judi online, NO drugs, NO Alcohol, NO praktek dukun mistik dan pesugihan.