Penyamaran klasik petugas intel dilapangan adalah selalu mengaku jadi wartawan.
Dan siapakah yg dirugikan dengan kasus begini? Jelas wartawan asli, Ini soal bagaimana narasumber harus percaya penuh pada kredibilitas wartawan, jika masuk penyamar (BACA: penipu ngaku wartawan) macam begini maka akan merugikan posisi pers.
Pria mengaku intel ini katanya dari Mabes Polri. Cobalah tanya institusi POLRI yg terhormat, apakah kalian mmg mengajarkan anak buah kalian menyamar jadi wartawan? Kalian bisa baca UU Pokok Pers nga? Pekerja pers mempunyai payung hukum bernama UU, bukan sekedar Kepmen atau aturan paguyuban, itu kualitasnya adalah Undang Undang. Kalo polisi saja melanggar UU terus macam begini, lantas bagaimana kalian memperbaiki citra kalian sebagai penegak hukum yg bersih? Wartawan disahkan sebagai wartawan ditentukan oleh UU yg berlaku, gak boleh asal mengaku jadi wartawan jika mmg ternyata palsu.
* pertanyaan: buat apa sih wartawan diawasi? Memangnya wartawan akan berbuat makar dan rusuh disana? Apa gak ada kelompok lain yg lebih pantas diawasi ketimbang wartawan yg bekerja dilapangan? Awasi saja produk beritanya, bukan meng-intelkan mereka dilapangan. Cara berpikir kalian sungguh kuno dan tidak modern, mirip jaman ORBA saja. Kalian polisi modern, jangan pakai cara cara melanggar aturan, lurus dengan aturan karena kalian adalah contoh bagi kami masyarakat
http://nasional.kompas.com/read/2012/09/25/1650404/Pria.Mengaku.Intel.Tertangkap.Pantau.Wartawan.KPK
Pria Mengaku Intel 'Tertangkap' Pantau Wartawan KPK
Penulis : Icha Rastika | Selasa, 25 September 2012 | 16:50 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Sejak kasus dugaan korupsi pengadaan simulator SIM di Korps Lalu Lintas Polri bergulir, kantor Komisi Pemberantasan Korupsi seolah tak lepas dari pengamatan intelijen. Tak terkecuali ruang wartawan yang terletak di samping lobi Gedung KPK.
Pada Selasa (25/9/2012) sore tadi, seorang intel tertangkap basah tengah bertugas mengawasi para wartawan. Kejadian ini bermula saat seorang wartawan televisi yang biasa meliput di Gedung KPK merasa curiga dengan gerak-gerik seorang pria muda tegap berjaket cokelat tersebut. Pria muda tegap itu tampak duduk berbaur dengan para wartawan di ruang wartawan.
Melihat gerak-geriknya yang mencurigakan, wartawan televisi langsung menegur pria berjaket cokelat tersebut. "Maaf Mas, Anda wartawan dari mana ya? Soalnya saya belum pernah lihat," ujar wartawan televisi swasta nasional tersebut.
Pria berjaket cokelat itu mengaku sebagai wartawan dari salah satu surat kabar nasional. Dia pun memperlihatkan kartu identitas wartawannya. Namun, wartawan dari surat kabar nasional yang disebut pria itu mengaku tidak pernah melihat ada wartawan seperti pria tersebut bekerja di medianya. Wartawan surat kabar nasional yang sejak tadi juga curiga itu pun ikut bertanya kepada si pria berjaket cokelat. "Dari Indopos? Kok enggak pernah lihat," ujarnya kepada pria itu.
Terlihat gagap, pria misterius itu kemudian mengaku sebagai "anak baru" atau wartawan baru di media tersebut. "Biasa ngepos di MK, saya masih baru," ucapnya.
Mendengar jawaban itu, para pewarta pun berhenti mempertanyakan keberadaan pria tersebut. Seolah merasa posisinya sudah tidak aman, tak lama kemudian pria itu keluar ruang wartawan. Melihat si pria ini keluar, para wartawan yang biasa meliput di Gedung KPK langsung mengejarnya dan kembali mencecar si pria itu. Merasa terdesak, laki-laki itu akhirnya mengaku kepada seorang wartawan televisi nasional yang tadi menanyakan identitasnya.
Dengan merangkul sang wartawan televisi, pria itu berjalan menjauhi kerumunan wartawan. Setelah tinggal berdua, kepada wartawan televisi nasional itu, si pria berjaket cokelat ini mengaku sebagai utusan Mabes Polri.
"Tolong, Mas, saya ini kan tugas. Saya ditugasin untuk nge-pam (mengamankan)," ujar wartawan televisi itu menirukan perkataan laki-laki asing itu kepadanya. Setelah identitasnya sebagai intel ketahuan, pria itu pun meninggalkan Gedung KPK.
Editor :Laksono Hari W
Dan siapakah yg dirugikan dengan kasus begini? Jelas wartawan asli, Ini soal bagaimana narasumber harus percaya penuh pada kredibilitas wartawan, jika masuk penyamar (BACA: penipu ngaku wartawan) macam begini maka akan merugikan posisi pers.
Pria mengaku intel ini katanya dari Mabes Polri. Cobalah tanya institusi POLRI yg terhormat, apakah kalian mmg mengajarkan anak buah kalian menyamar jadi wartawan? Kalian bisa baca UU Pokok Pers nga? Pekerja pers mempunyai payung hukum bernama UU, bukan sekedar Kepmen atau aturan paguyuban, itu kualitasnya adalah Undang Undang. Kalo polisi saja melanggar UU terus macam begini, lantas bagaimana kalian memperbaiki citra kalian sebagai penegak hukum yg bersih? Wartawan disahkan sebagai wartawan ditentukan oleh UU yg berlaku, gak boleh asal mengaku jadi wartawan jika mmg ternyata palsu.
* pertanyaan: buat apa sih wartawan diawasi? Memangnya wartawan akan berbuat makar dan rusuh disana? Apa gak ada kelompok lain yg lebih pantas diawasi ketimbang wartawan yg bekerja dilapangan? Awasi saja produk beritanya, bukan meng-intelkan mereka dilapangan. Cara berpikir kalian sungguh kuno dan tidak modern, mirip jaman ORBA saja. Kalian polisi modern, jangan pakai cara cara melanggar aturan, lurus dengan aturan karena kalian adalah contoh bagi kami masyarakat
http://nasional.kompas.com/read/2012/09/25/1650404/Pria.Mengaku.Intel.Tertangkap.Pantau.Wartawan.KPK
Pria Mengaku Intel 'Tertangkap' Pantau Wartawan KPK
Penulis : Icha Rastika | Selasa, 25 September 2012 | 16:50 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Sejak kasus dugaan korupsi pengadaan simulator SIM di Korps Lalu Lintas Polri bergulir, kantor Komisi Pemberantasan Korupsi seolah tak lepas dari pengamatan intelijen. Tak terkecuali ruang wartawan yang terletak di samping lobi Gedung KPK.
Pada Selasa (25/9/2012) sore tadi, seorang intel tertangkap basah tengah bertugas mengawasi para wartawan. Kejadian ini bermula saat seorang wartawan televisi yang biasa meliput di Gedung KPK merasa curiga dengan gerak-gerik seorang pria muda tegap berjaket cokelat tersebut. Pria muda tegap itu tampak duduk berbaur dengan para wartawan di ruang wartawan.
Melihat gerak-geriknya yang mencurigakan, wartawan televisi langsung menegur pria berjaket cokelat tersebut. "Maaf Mas, Anda wartawan dari mana ya? Soalnya saya belum pernah lihat," ujar wartawan televisi swasta nasional tersebut.
Pria berjaket cokelat itu mengaku sebagai wartawan dari salah satu surat kabar nasional. Dia pun memperlihatkan kartu identitas wartawannya. Namun, wartawan dari surat kabar nasional yang disebut pria itu mengaku tidak pernah melihat ada wartawan seperti pria tersebut bekerja di medianya. Wartawan surat kabar nasional yang sejak tadi juga curiga itu pun ikut bertanya kepada si pria berjaket cokelat. "Dari Indopos? Kok enggak pernah lihat," ujarnya kepada pria itu.
Terlihat gagap, pria misterius itu kemudian mengaku sebagai "anak baru" atau wartawan baru di media tersebut. "Biasa ngepos di MK, saya masih baru," ucapnya.
Mendengar jawaban itu, para pewarta pun berhenti mempertanyakan keberadaan pria tersebut. Seolah merasa posisinya sudah tidak aman, tak lama kemudian pria itu keluar ruang wartawan. Melihat si pria ini keluar, para wartawan yang biasa meliput di Gedung KPK langsung mengejarnya dan kembali mencecar si pria itu. Merasa terdesak, laki-laki itu akhirnya mengaku kepada seorang wartawan televisi nasional yang tadi menanyakan identitasnya.
Dengan merangkul sang wartawan televisi, pria itu berjalan menjauhi kerumunan wartawan. Setelah tinggal berdua, kepada wartawan televisi nasional itu, si pria berjaket cokelat ini mengaku sebagai utusan Mabes Polri.
"Tolong, Mas, saya ini kan tugas. Saya ditugasin untuk nge-pam (mengamankan)," ujar wartawan televisi itu menirukan perkataan laki-laki asing itu kepadanya. Setelah identitasnya sebagai intel ketahuan, pria itu pun meninggalkan Gedung KPK.
Editor :Laksono Hari W
No comments:
Post a Comment
PERHATIAN :::::::::::
* Komentar DI MODERASI oleh admin dengan persetujuan.
* Komentar HANYA soal isi blog ini saja. Promo dilarang disini, maaf.
* Jika kalian penipu online, fake onlineshop jangan harap bisa posting disini. Blog ini tidak dipakai buat numpang aksi penipuan oleh pihak lain. Carilah makan halal sana dan jangan menipu.
* NO offensive item, NO haters gak jelas, NO kekerasan, NO SARA, NO Sex item whatsoeva, NO Judi online, NO drugs, NO Alcohol, NO praktek dukun mistik dan pesugihan.